Pelaksanaan Imunisasi di Posyandu
Imunisasi dasar adalah salah satu upaya untuk membentuk kekebalan tubuh anak, sehingga mencegah penularaan penyakit berbahaya, wabah, serta membantu anak tidak mudah sakit. Imunisasi dasar lengkap terdiri dari beberapa jenis vaksin, mulai dari polio, BCG, DPT, dan lainnya. Imunisasi tersebut pun harus diberikan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh Kemenkes dan IDAI. Imunisasi adalah proses pembentukan kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan melalui pemberian vaksin, baik berupa suntikan ataupun minum. Sebetulnya, imunisasi bisa diberikan di segala usia. Namun, terdapat sejumlah imunisasi dasar yang perlu diberikan sejak bayi baru baru lahir.
Tujuan imunisasi dasar adalah mencegah terjadinya penyakit, kecacatan, atau kematian. Dengan begitu, anak tidak rentan terkena berbagai penyakit selama pertumbuhannya dan dapat melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Imunisasi juga menjadi salah satu upaya untuk membentuk herd immunity (kekebalan kelompok). Herd immunity penting untuk dicapai guna mencegah penyebaran penyakit berbahaya pada orang yang tidak bisa mendapatkan imunisasi, misalnya karena kondisi kesehatan tertentu. Jadi, semakin banyak orang yang mendapatkan vaksin, maka semakin sedikit orang yang terinfeksi penyakit.
Berikut adalah urutan imunisasi dasar lengkap dari Kemenkes dan IDAI yang dapat diikuti oleh masyarakat Indonesia.
1. Hepatitis B: Diberikan empat kali, yaitu 24 jam setelah bayi lahir, kemudian di usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster/lanjutan akan diberikan ketika bayi berusia 18 bulan-24 bulan dengan jarak interval dosis 3 ke booster minimal 1 tahun
2. DPT: Diberikan sebanyak tiga kali, yaitu di usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster akan diberikan dua kali pada usia 18 bulan dan 5–7 tahun.
3. BCG: Hanya diberikan satu kali pada usia 0–1 bulan.
4. HiB: Diberikan sebanyak tiga kali pada usia 2, 3, dan 4 bulan. Vaksin booster akan diberikan satu kali saat usia 18 bulan.
5. Polio: Vaksin polio oral diberikan ketika bayi lahir sampai berusia 1 bulan. Sementara itu, vaksin polio suntik setidaknya perlu diberikan 2 kali sebelum anak berusia 1 tahun. Kemudian, pemberian vaksin polio oral maupun suntikan juga akan dilakukan secara berulang setiap bulan, yaitu usia 2, 3, dan 4 bulan.
6. PCV (pneumokokus): Pemberian vaksin PCV dilakukan sebanyak tiga kali pada usia 2, 4, dan 6 bulan. Vaksin booster akan diberikan saat usia 12–15 bulan.
7. Rotavirus: Rotavirus jenis monovalen akan diberikan sebanyak dua kali. Dosis pertama pada usia 6 minggu dan dosis kedua diberikan 4 minggu setelahnya, atau maksimal usia bayi 24 minggu. Sementara itu, Rotavirus jenis pentavalen akan diberikan sebanyak tiga kali, yaitu pada usia 6–12 minggu, kemudian dosis kedua dan ketiganya diberikan 4–10 minggu setelahnya. Imunisasi ini harus selesai saat anak berusia 6 bulan 29 hari.
8. MR atau Measles Rubella diberikan pada anak usia minimal 9 bulan, 18 bulan dengan jarak antara MR 1 ke MR 2 minimal 6 bulan, dan juga diberikan pada anak SD kelas 1
Imunisasi terkadang menimbulkan beberapa efek samping. Meski begitu, hal ini tidak perlu dikhawatirkan, karena reaksi yang timbul umumnya bersifat ringan. Rata-rata efek samping akibat imunisasi dasar lengkap ini adalah ruam, demam ringan, dan nyeri di area suntikan. Reaksi ringan tersebut sebenarnya merupakan tanda bahwa sistem kekebalan tubuh sedang membentuk antibodi. Tak menutup kemungkinan bahwa vaksin bisa menyebabkan efek samping berat, seperti alergi hingga anafilaksis. Namun, kondisi ini sangat jarang terjadi. UPTD Puskesmas Kademangan melaksanakan imunisasi rutin di 28 posyandu setiap bulan,seperti yang kita laksanakan di posyandu Melati 6 hari Sabtu tanggal 9 November 2024.